RSS
Hello...!! Selamat datang di blog GenkSoel Moeda..Di sini kami memposting berbagai tutorial seputar Multimedia yang menarik...

Cerpen SKANSABA "3 Hati 2 Cinta"



'3 Hati 2 Cinta'
by : Theza Avinda 'XII MM2'





Kemeriahan memuncak setelah pasar malam untuk tahun ini dibuka.wahana-wahana yang disediakan segera dikerumuni banyak orang, terutama anak-anak kecil. Para penjual makanan ringan dan mainan segala rupa juga tak kalah dari serbuan para pengunjung yang dating. Kegembiraan terlihat dari wajah-wajah orang yang ada di tempat ini. Pemandangan ini disaksikan oleh Elina dan keponakannya yang berumur 6 tahun. Sambil tersenyum Elina berjongkok di depan ponakannya sembari berkata, “Lisa mau beli apa?”. Lisa segera menunjuk ke tempat penjual Lolipop, “itu kak!”. Mereka pun berjalan melewati kerumunan menuju tempat penjual itu. Di dalam kerumunan itu seseorang memanggil Elina.”Elina!”. Elina mengenal suara itu, Danis. Dan ia pun menoleh padanya dan tersenyum. Danis adalah teman sekelasnya waktu SMA dan sekarang pun mereka sekolah di perguruan tinggi yang sama. “ maaf aku telat..hehe, eh ada Lisa juga ya?ayo kakak gendong, mau beli apa adek manis?” mendengarnya Elina hanya manyun saja. “beli permen!” jawab Lisa. Danis segera memilih 2 lolipop besar dan membayarnya, satu untuk Lisa dan satunya ia berikan pada Elina. Lalu mereka berjalan mencari tempat untuk duduk. Elisa duduk di pinggir sebuah bangku sementara Danis sibuk bermain-main dengan Lisa. Elina memandangi lollipop yang ia bawa, yang tanpa sadar teringat olehnya semua kejadian waktu ia SMA dulu dengan lollipop itu. Seakan-akan berkisah dengan gaya bahasa aku.
**
Suatu ketika, setelah lulus SMP, aku berniat masuk ke sebuah SMA favorit, tapi aku harus menerima kenyataan bahwa nilaiku tak cukup untuk masuk ke sekolah itu. Akhirnya aku masuk ke sebuah SMA biasa dan tanpa susah payah aku diterima di sekolah itu dengan nilai di barisan atas dari murid-murid yang mendaftar. Hari pertama masuk sekolah aku secara tidak sengaja menabrak sebuah pintu ketika aku berjalan dari arah yang berlawanan sehingga menimbulkan suara yang cukup keras. Dari arah belakangku seorang cowok dating dan yang pada akhirny aku tau bahwa namanya adalah Diaz. Dia berjalan ke arahku dan menegur ku, “Hey Kamu, kalau jalan hati-hati dong, kasian tuh pintu…” aku menoleh padanya dan dengan tersenyum aku berkata padanya, “terimaksih atas perhatiaanya, aku akan lebih hati-hati”. Dia mengangkat alisnya dan langsung pergi. Aku sedikit ngedumel soal orang itu,”apa-apaan itu anak, kasihan sama pintu, aku yang sakit, pintu yang dapet perhatian” gumamku. Belum ada perasaan apun padanya saat itu. Tapi, tanpa kusangka ia berada sekelas denganku. Dan hanya dalam seminggu aku mulai bergaul dengan teman-teman baruku. Metha, gadis cantik dan baik hati yang kemudian menjadi teman sebangku ku sekaligus sahabatku dan Danis, yang pada saat itu aku tak begitu dekat dengannya yang kutau dia adalah anak paling tampan di kelasku dan dia juga terkenal di sekolah karena dia adalah murip peraih nilai ujian SMP tertinggi di daerah kami.
Satu semester di sekolah baru ini cukup menyengkan, karena Diaz walaupun berstatus pacaran dia banyak menghabiskan waktu denganku dan terkadang ia juga memberiku Lolipop kesukaan ku. Hal ini adalah hal baru dan menyenagkan bagiku karena sejak SMP aku tak pernah dekat dengan mahkluk bernama cowok. Aku juga sempat iri pada Metha, dalam satu semester ia sudah ganti pacar 3 kali, aku kagum padanya. Tapi kenapa aku tidak? Apa aku jelek?kata orang aku manis, ngga mbosenin dileatin (pede^^). Hari-hariku sangat seru hingga pada akhirnya sebuah kesalah pahaman memecah pertemanan aku dan Diaz. Ini berawal saat aku secara tidak sengaja menambahkan pacar Diaz di facebook baruku. Namanya Layli. Beberapa menit kemudian Layli menulis pesan di kotak masukku yang isinya: Hai, terimaksih udah add, ngomong-ngomong kamu sekolah di SMA Prawesti ya? Aku baca pesan itu dan menjawab: Iya, kok Kamu tau? Oh iya, ada gambarnya di profil ku ya, hehe. Tak lama ia membalas pesanku: Emm, Kamu kenal Diaz nggak? Tentu saja aku membalas “Ya, aku ada di satu kelas dengannya” karena aku memang sekelas dengannya. Ia balas pesanku lagi: Oh ya? Aku minta tolong jagain dia di sekolah boleh nggak? Kalau ada sesuatu bilang sama aku… oh iya, boleh minta nomor handphone kamu nggak? Lalu kuketikkan nomorku untuknya. Dan tentunya setelah kejadian itu, kami sering ngobrol via sms membicarakan seputar pacarnya. Hal ini berlangsung selama 1 minggu. Aku pikir yang aku lakukan ini sah-sah saja.
**
Di suatu hari yang cerah aku duduk-duduk sendiri di depan lapangan basket sekolah melihat orang berlalu lalang, tempat ini adalah tempat favoritku, bangku panjang dinaungi pohon ketepeng rindang dan sejuk jika sore hari. Tanpa kusadari Danis datang dan mengulurkan sebuah lollipop padaku. “Wah, Danis, kok bisa tau aku suka ini? Terimakasih ya…”, Danis duduk disampingku dan kami mulai berbincang-bincang. Tak lama, Diaz datang, tidak seperti biasanya tatapannya sinis padaku. “Heh, Elina, kamu jangan ikut-ikut urusan aku sama pacar aku. Kamu denger?” katanya dengan ketus. Dan di saat bersamaan aku teringat sesuatu ‘Facebook!’ . Perlahan aku memandanginya lalu aku berkata,” Maaf Diaz, kupikir itu tidak apa-apa…” seketika rasa bersalah dalam hatiku muncul. Diaz memandangiku sebentar lalu ngeloyor pergi. Aku tertunduk lesu, kuremas tanganku yang mulai dingin, dan hari cerahku berubah jadi hari yang sial bagiku. Hari itu pun tak ada canda tawa Diaz untukku.
Sepulang sekolah aku bersama Metha menemui Diaz, kurasa aku perlu minta maaf padanya, untuk membangkitkan percaya diriku kuajak Metha bersamaku. Di depan gerbang sekolah aku menemukan Diaz mengendarai motornya. Aku menyuruhnya untuk tinggal sebentar. Ia hanya mematikan mesin motornya dan aku pun mulai pembicaraan. “Diaz, maafkan aku soal yang tadi pagi, aku rasa aku yang salah, untuk itu aku minta maaf sama kamu..aku nggak tau semuanya bakal seperti ini..” aku menunduk. Dan Diaz mulai sinis kepadaku lagi,” udah selesai ngomongnya? Cuma itu? Aku sibuk, nggak Cuma ngurusin kamu doang!” seraya menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan aku dan Mitha dalam kebekuan udara sekitarku.
**
Tiga bulan berlalu sejak hari itu, aku lost kontak dengan Diaz, facebook ku terbengkalai begitu saja, nomor Layli ku hapus dari kontak ku dan aku merasa seperti telah kehilangan sesuatu dariku, apakah ini bisa disebut cinta? Aku percaya sutu hari nanti Diaz akan memafkanku tapi aku masih saja tak menemukan cara untuk meminta maaf pada Diaz. Semakin aku ingin dan mencoba untuk meminta maaf pada Diaz semakin Diaz sering menderaku dengan perkataan-perkataannya yang menusuk hati. Aku tak pernah menyerah walaupun teman-temanku dan Metha tak suka aku lakukan itu, mereka rasa Diaz sudah sangat keterlaluan padaku, merka masih saja menjelek-jelekan Diaz, aku selalu percaya bahwa apa yang aku lakukan benar dan semua tentang Diaz adalah salah besar. Hingga akhirnya Metha berpihak padaku, dia juga selalu menyumbang ide untuk berbaik hati pada Diaz, walaupun ujung-ujungnya kami menemui hasil yang nihil. Seperti 2 bulan lalu, etika Diaz tak muncul di sekolah selama 2 hari karena sakit. Aku beranikan diri datang kerumahnya membawakannya beberapa buah apel, tugas-tugas dari sekolah dan tak lupa, terselip di sana sebuah lollipop untuk Diaz. Aku copykan tugas-tugasnya dengan sisa uangku yang tinggal Rp 10.000. Setelah naik bus selama 15 menit aku turun di sebuah perumahan dan berjalan masuk ke sana. Terlihat seorang wanita tua sedang menyapu halaman rumah. Kutanyakan dimana keberadaan Diaz. Kemudian wanita itu mempersilakan aku duduk di teras depan rumah, ia masuk ke dalam rumah. Tak beberapa lama, Diaz keluar dari rumahnya dengan muka pucat dan dia terlihat sedikit kurusan dan berantakan. Ia tidak mengelurkan sepatah katapun hanya menatapku sinis, seakan kehadiranku sangatlah tidak diharapkan. Aku segera saja memulai pembicaraanku. “Emm, bagaimana keadaanmu? Ini ada tugas-tugas dari sekolah, tadi aku copy kan buat kamu biar kamu nggak ketinggalan pelajaran..” kataku. “Hmm, aku nggak butuh perhatian kamu, toh Aku punya pacarku, Aku bisa pinjem pelajaran sama dia. Jadi besok-besok lagi Kamu nggak perlu susah-susah kayak gini lagi.”, katanya sinis. “Tapi Aku nggak repot kok”, kataku sambil tersenyum. “Udah selesai? Mending cepet-cepet pulang sebelum Aku panggil satpam buat ngusir Kamu. Aku nggak butuh itu semua, jadi kamu nggak papa kalo mau bawa pulang lagi. Itu apa?(seraya mengambil lollipop) apa ini, makanan bayi. Udah Aku lagi sibuk” sembari ia menutup pintu rumahnya keras-keras. Aku ambil semua barang-barangku seraya tersenyum simpul, aku percaya ini bukan akhir tapi tetap saja air mataku mengalir di pipiku. Aku ambil lollipop ku dan tak sengaja ke jatuhkan ke lantai. Lollipop itu pecah menjadi beberapa bagian tapi tetap bersih katrena plastic transparan yang membungkusnya. Aku usap air mataku, dan berjalan gontai pergi dari rumah itu. Berjalan di tepian jalan menuju rumahku yang berjarak 2 km dari rumah Diaz, untungnya Danis menemukanku. Syukurlah, aku diantar sampai kerumah, kuceritakan apa yang terjadi , Danis mencoba menghiburku. Suatu kebahagiaan kutemukan dia dalam hidupku.
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah aku duduk-duduk di tempat biasa bersama Metha. Aku ingin menceritakan kejadian kemarin padanya, tapi,
“ Aku sudah tau” katanya.
“Apa? Huh, pasti Danis! Ah tuh anak…awas aja kalo ketemu”
“Tapi menurutku, Danis lebih perhatian padamu, daripada Diaz, apa Kamu nggak cape’ kayak gini terus? Beberapa hari ini aku pikir Diaz itu keterlaluan, aku nggak mau ngeliat sahabat aku sedih terus kayak gini, cewek kayak kamu sseharusnya bahagia , Kamu nggak sepantasnya kayak gini…”
“ Apapun yang terjadi aku mencintainya Metha ,,,, sampai kapanpun…hingga ajal menjemput …”
Hening menyelimuti kami.
**
Hari berikutnya Diaz sudah berangkat sekolah. Masih tetap sama dengan hari-hari sebelumnya, aku tak pernah dianggap ada. Tapi melihatnya sembuh aku sudah senang. ‘Tak apa’ batinku. Sepulang sekolah aku sempatkan mampir di perpustakaan untuk mencari novel kesukaanku, Harry Potter. Masuk ke sana kulihat Danis sedang sibuk dengan buku-buku jurnal di hadapannya. Sedangkan di sisi lain kulihat Diaz bersama dua orang cewek sedang bercanda-tawa di bangku perpustakaan. Segera kutemukan novel yang ku cari di rak pertama perpustakaan. Setelah minta pencatatan pada petugas, aku langsung pergi tanpa menghiraukan orang-orang di sekelilingku. “Elina!” Danis memnggilku dari dalam perpustakaan. Lalu ia berjalan keluar dari perpustakaan dan menghampiriku. “Bisa minta waktumu sebentar?” nada bicaranya serasa bergetar, dan aku mengangguk saja dan mengikuti kemana ia pergi. Ke bangku dekat lapangan basket rupanya. Ia menyuruhku duduk, dan dia sendiri bersimpuh di hadapanku, pada awalnya aku bingung dengan apa yang ia lakukan, di menit selanjutnya aku tau maksudnya. Dia memegang tangan kananku, terasa dingin, seraya berkata, “Elina, Aku tau Kamu sedang sedih karena masalamu dengan Diaz tak kunjung selesai, Aku ikut sedih melihat keadaanmu, aku ingin membuat kamu bahagia seperti dulu lagi, kisahku tak akan lengkap tanpa kamu Elina, aku tau ini sangat tidak pas, tapi aku rasa semua ini harus aku lakukan, jadi, apakah kamu mau?menjadi pendampingku El? Oh iya ini, ini untukmu…”, ia keluarkan sebuah frogdoll dari tasnya dan ia berikan padaku. Lembut.
Disana tertulis sebuah jahitan membentuk huruf ‘D&E’, “jadi, bagaimana Elisa?”masih tetap bersimpuh. Aku bingung apa yang harus aku katakan, ini pertama kalinya ada orang yang menyatakan cinta padaku. Aku harus bagaimana? Tapi Aku tetap tak bisa, aku tidak mencintai Danis melainkan Diaz seorang. Aku menghela nafas panjang, ku buka mulutku hendak mengatakan penolakanku padanya, Diaz datang dan menyeret Danis ke tengah lapangan dengan kasar. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, aku hanya berdiri di sebelah tempatku duduk. Tiba-tiba aku Diaz kepalkan tangannya dan mendaratkannya ke pipi Danis. Danis diam saja. Lalu Diaz kembali mengatakan sesuatu sambil menunjuk-nunjuk diriku dan mendorong Danis hingga jatuh. aku terkesiap berlari menuju Danis. Tanpa kata-kata lagi Diaz hanya menatapku sekilas dan meninggalkan kami. Tanpa banyak pikir aku berteriak keras memanggl Diaz sambil berlari kearah nya,”DIAZ!!!” Diaz menghentikan langkahnya dan menoleh padaku dengan tatapan sinisnya. Untuk kali ini aku benar-benar marah padanya, tak pernah aku merasa bias untuk marah kepadanya, hanya kali ini aku rasakan kemarahan itu,” apa yang kamu lakukan !? Aku capek Diaz!setiap hari menghadapimu, aku terlalu sakit. Aku lelah selalu tak kau anggap. Ini membuatku sakit Diaz!” aku menatapnya sementara air mata ku tak kunjung reda. Diaz hanya menatapku, diam dalam sinisnya. Aku hendak melayangkan tanganku ke pipi kanannya, tapi, tak ku sadari tangan ku terhenti oleh pegangan tangn Danis. “ biarkan dia lakukan itu Danis, dia akan puas setelah itu. Biarkan saja.” Kata Diaz. Tapi aku segera tundukkan kepalaku, mencoba menghentikan tangisku, sementara itu, Diaz pergi meninggalkan aku dan Danis di sana.
**
Tiga hari sudah berlalu setelah kejadian itu dan tiga hari sudah seluruh waktu ku aku habiskan di rumah. Aku tak berangkat sekolah. Aku hanya saling mengirim kabar dengan Metha dan Danis lewat sms. Sering kupandangi lollipop untuk Diaz yang masih kusimpan, juga frogdoll yang Danis berikan. Itu hanya membuatku semakin sakit. Aku tak punya banyak kegiatan dirumah, kupemainkan hp ku ketika sebuah sms masuk. Metha. Kubuka pesannya, tertulis di sana: El, besok ke sekolah ya?ada hal penting…. Aku balas sms nya tapi nggak ada balasan. Aku mulai kawathir akan sesuatu yang buruk.
Pagi harinya aku berangkat sekolah, awan mendung menggantung di langit hari ini membuatku tidak bersemangat. Dari jam pertama pelajaran aku tidak konsentrasi. Metha dan danis dari pagi mengurusi lomba mipa mereka sehingga aku tak sempat bertanya pada Metha apa yang terjadi. Dan dimana Diaz? Tak kulihat batang hidungnya sejak pagi. Jam pelajaran cepat berlalu hingga akhirnya waktu pulang sekolah. Kucari-cari dimana Metha berada, tapi sebuah sms masuk ke hp ku, metha menyuruhku menunggu di bangku biasanya. Satu jam berlaludari kejauhan kulihat Danis, Metha dan Diaz menghampiriku. Diaz begitu pucat dipapah oleh ke 2 sahabatku. Apa lagi ini ya Tuhan, gumamku. Diaz menatapku dan segera menyuruh 2 sahabatku pergi. Mereka hanya menurut. Kami pun duduk di bangku yang ada. Segera kuberondong dia dengan pertanyaan-pertanyaanku.
“ Ada apa Diaz? Apa kamu sakit? Apa yang terjadi?”
“Aku tak apa-apa, aku hanya ingin bertemu kamu, ngobrol bersamamu seperti dulu lagi..” lalu ia tersenyum, senyuman yang tulus. Aku rasakan sebuah ketenangan dari kalimat itu.
“Benarkah? Apakah kamu sudah memaafkanKu?”
“Elina, kau tak pernah salah, aku yang salah, yang telah menyukaimu…”
“Tapi mengapa kau selau kasar padaku? Kau selalu menyakitiku Diaz, apakah itu caramu untuk mengungkapkannya padaku?”
“ Aku melakukan semuanya karena aku mencintaimu Elina, sangat sangat mencintaimu, aku tak mau kau sedih melihat kenyataan, bahwa aku akan segera pergi… aku tak mau kau menyukaiku, apa lagi mencintaiku….”
“Apa makan segera pergi?”
“ Ini semua gara-gara penyakit busuk dalam tubuhku Elina, aku ingin melihatmu bahagia, tapi melihatmu bersama orang lain itu membuatku sakit, aku terpaksa melakukan ini semua, masalah dengan mantan pacarku itu, aku hanya buat-buat, kau tak pernah salah Elina…aku tak pernah membenbcimu, aku mencintaimu..” mendengar kata-katanya air mataku mulai menetes.hari ini kulihat Diaz yang benar-benar berbeda.
“ Diaz, aku juga mencintaimu, aku akan luangkan banyak waktuku untukmu seorang, tak akan meninggalkanmu, sampai aku mati aku tetap mencintaimu…” sambil menangis ku tatap wajah pucatnya. Ia usap air mata di pipiku dengan tanannya, dan untuk pertama kalinya ia kecup keningku, dan berkata “terimakasih Elina…” kutemukan sebuah kedamaian dalam kata-kata itu. Setelah mengatakan semuanya padaku, dia pergi meninggalkanku sendiri dalam hujan gerimis sore itu.
**
Malam harinya aku tidur nyenyak setelah mempersiapkan jadwal pelajaranku besok, tak lupa 2 lolipop ku taruh di tas ku, sengaja 2, karena itu untuk ku dan Diaz. Keesokan paginya, semua berubah kelam. Sebuah kabar mengagetkanku. Diaz, yang kemarin bersamaku, kini dia telah berada dalam tidur nyenyaknya dalam sebuah peti putihnya setelah tadi malam kejadian naas menimpanya. Sebuah mobil menabrak Diaz yang sedang mengendarai motornya. Sampai di makamkannya Diaz aku masih tidak percaya bahwa ia telah meninggalkanku untuk selamanya. Satu tahun di sekolah terasa sangat sepi tanpanya, tapi Danis dan Metha selalu menguatkanku dan pada akhirnya kami lulus dengan nilai yang memuaskan. Kami pun masuk ke universitas ternama di daerah kami. Tapi aku tetap saja teringat Diaz, tak pernah ku buka hatiku untuk pemuda lain. Aku selalu berharap dan berdoa agar kelak di dunia yang lain aku bertemu dengannya.
Tiba-tiba lamunanku terusik oleh suara kecil Lisa,” Kakak..!Kakak..! Lihat ini..!”, ia memberikan sebuah boneka padaku. Danis duduk disebelahku dan berkata “ Elisa, dulu mungkin terlalu cepat untuk aku menjadi pacarmu, tapi bagaimana dengan sekarang? Apakah kau mau?”
“Apa ini tujuanmu mengajakku ke sini? Aku tetap tidak bisa Danis, maafkan aku..” kugendong Lisa dan pergi meninggalkan Danis di sana. Semua tentangku telah diatur oleh Tuhan, aku tak pernah tau apa rencana Nya selanjutnya untukku. Aku hanya bias berdoa dan berusaha hingga Tuhan mewujudkan apa yang aku ingginkan.


***end***

Video Klip Satpam SMK


Video hasil tim kreatif Program Keahlian Multimedia SMKN 1 Bantul. Berawal ngedit video acara perpisahan siswa-siswi kelas XII, muncul ide untuk membuat video klip satpam SMK yang kebetulan ikut tampil bernyanyi. Selanjutnya, video ini bisa untuk bahan pembelajaran siswa dalam program keahlian Multimedia.


 
Copyright 2009 GenkSoel Moeda "anak grafis". All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy